lagi-lagi tentang priawanita.
pria bukan masalah gender dan pen*s. pria bicara karakter. karakterlah yang menjadikan seseorang pria, bahkan wanita bisa menjadi "pria", bukan secara kodrati tetapi secara karakteristik. ini bicara soal pilihan, tapi mari bicara tentang hal yang lain.
berpikir jauh ke belakang, saya mendapati sebuah kisah penciptaan awal manusia. pria adalah manusia pertama di dunia. pria itu dijadikan, bukan diciptakan, karena alkisah Tuhan sendiri yang membentuknya dari tanah menjadi seperti sekarang bak pejunan membentuk sebuah bejana. keberadaan pria pertama kali di dunia menunjukkan adanya tanggung jawab, kehidupan yang mandiri, disiplin, kuat, pengelolaan yang baik akan lingkungan, dan lain-lain.
beberapa waktu setelah itu, Tuhan menciptakan wanita dari tulang rusuk pria (entahlah, Adam merasa sakit atau tidak waktu itu). tapi si wanita pertama itu tidak pernah sadar bagaimana dia bisa ada. wanita tidak pernah merasakan hidup sendirian, sementara pria pernah merasakannya - ketika wanita belum diciptakan. inilah yang menjadikan wanita tidak pernah kuat hidup sendiri (seharusnya).
kenyataan pertama berbicara bahwa wanita diciptakan untuk "menemani" pria. wanita pertama itu tidak pernah bisa memilih untuk mencari pria lain, dia memutuskan untuk menemani Adam apapun keberadaannya. walaupun akhirnya, singkat cerita, mereka jatuh ke dalam dosa. wanita pertama itu tidak pernah bisa memilih pria lain dengan alasan supaya tidak jatuh ke dalam dosa. seorang wanita, harus bisa menerima prianya, apapun keberadaannya.
sejenak saya berpikir (tepatnya bukan sejenak, tapi dalam waktu lama) tentang satu pertanyaan yang terus menguak di dalam emosi, hati dan seluruh pikiran saya: apakah melulu pria harus mengalah dan menjadi salah ketika sebuah masalah terjadi, sama seperti waktu manusia pertama kali jatuh ke dalam dosa dan Tuhan memanggil sang pria walaupun kenyataannya sang wanita yang mengambil buah "gila" itu? - gila disini bisa berarti apapun
kenyataan selanjutnya adalah bahwa setiap kali hidup tidak mengenakkan, wanita akan selalu bersembunyi di balik dada pria, karena disanalah asalnya. dan pria yang akan lebih dahulu tertusuk di depan jika panahpanah angkaramurka berdatangan. dan pria akan lebih dahulu kebasahan jika hujan badai datang. dan pria akan lebih dahulu mati ketika pilihan itu datang.
bersyukurlah karena pria, karena jika saja perbandingan populasi pria dan wanita adalah 1 berbanding 7, itu berarti setiap pria mengorbankan 7 tulangrusuknya untuk keberadaan wanita. bukan menjadi alasan untuk berpoligami, bukan alasan untuk membuat wanita bersalah juga. sekarang saya selalu berpikir bahwa keberadaan masingmasing manusia di bumi sangat mengagumkan. terlalu mengagumkan. sampai terkadang harus sangat menusuk dalam di jantung (apalagi setelah 7 rusukku hilang).
untuk para pria, ada satu pertanyaan, apakah kita siap meneruskan perjalanan dengan terus berkorban untuk mengalah dan menjadi salah dalam segala keadaan dan bertanggung jawab atas semua keadaan? untuk para wanita, ada dua pilihan, apakah kalian hendak datang kepada pria untuk menjadi penjaga dadanya (tulangrusuk) dan selalu bersyukur dengan sadar bahwa tanpa pria kalian tidak pernah ada, atau menjadi terus bersembunyi di belakang dan selalu ingin dimanja tanpa merasakan pikiran pria?
Thursday, November 6, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
5 comments:
makanya, vid.. enakan jd ce da..
kalo ada apa2, co yg salah :D:D:D
hihi..
kalo pas enak, ngmgnya emansipasi!
hidup ce!
bersyukurlah karena pria
tanpa wanita juga pria gak ada,kan?
menurut g, emang ga ada yang lebih penting antara wanita atau pria. 2 2nya punya kekuatan yang berbeda. punya kelebihan yang berbeda. dan punya kelemahan yang beda pula,setuju?
disini cuma sekedar saling mau merendahkan diri untuk 'saling'
who's tl?
menurut sejarah:
wanita ada karena pria
pria ada karena Tuhan
Post a Comment